Hi ini blog saya dimana di daalamnya membahas Fisiologi Hewan dan Mikrobiologi. Semoga bermanfaat bagi semua!!!


Sabtu, 27 November 2010

Faktor Lingkungan Mikroba

Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, baik itu faktor abiotik maupun faktor biotik. Ketika faktor-faktor tersebut berubah maka aktivitas mikroba pun akan ikut berubah sehingga mengakibatkan perubahan  sifat  morfologi  dan  fisiologi  mikroba.
A. Faktor Abiotik
1. Suhu
a. Suhu Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan  mikroba memerlukan  kisaran  suhu  tertentu, yaitu suhu minimum (suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup), suhu optimum (suhu  paling baik untuk pertumbuhan mikroba), dan suhu maksimum (suhu  tertinggi untuk kehidupan mikroba). Oleh karena itu, mikroba  psikrofil  (kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-300C dengan suhu optimum sekitar 150C),  mesofil (kelompok mikroba yang umumnya mempunyai suhu minimum 150C, suhu optimum 25-370C, dan suhu maksimum 45-550C),  dan  termofil (Kelompok mikroba  yang  tahan  hidup  pada  suhu  tinggi).
b. Pengaruh Suhu Tinggi
Apabila  mikroba  dihadapkan  pada  suhu  tinggi  diatas  suhu  maksimum,  akan memberikan beberapa macam reaksi, diantaranya:
·        Titik Kematian Thermal, adalah suhu yang dapat mematikan  spesies  mikroba  dalam  waktu  10  menit  pada  kondisi  tertentu. Titik Kematian Thermal dipengaruhi oleh waktu, kelembaban, suhu, spora, umur mikroba, pH, dan komposisi medium.
·        Waktu Kematian Thermal, adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu spesies mikroba pada  suatu  suhu  yang  tetap.
c. Pengaruh Suhu Rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan gangguan metabolisme,  akibat-akibatnya adalah:
·        Cold shock: penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase logaritmik.
·        Pembekuan  (freezing) : rusaknya  sel  dengan  adanya  kristal  es    di  dalam  air intraseluler.
·        Lyofilisasi: proses  pendinginan  dibawah  titik  beku  dalam  keadaan vakum secara bertingkat
2. Kandungan Air
Mikroba memerlukan  kandungan  air  bebas  tertentu  untuk  hidupnya, ukurannya : aw  (water  activity)  atau kelembaban  relatif. Mikroba umumnya  tumbuh  pada  aw  = 0,6 - 0,998. Mikroba  yang  tahan  kekeringan  adalah  yang  dapat  membentuk spora, konidia, atau dapat membentuk kista.
3. Tekanan Osmosis
Tekanan  osmosis  sangat  erat  hubungannya  dengan  kandungan  air. Apabila mikroba  diletakkan  pada  larutan  hipertonis,  maka  selnya  akan  mengalami  plasmolisis,  yaitu terkelupasnya  membran  sitoplasma  dari  dinding  sel  akibat  mengkerutnya  sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah. Berdasarkan tekanan osmosis yang diperlukan mikroba dapat dikelompokkan menjadi:
a. Mikroba Osmofil, merupakan mikroba yang tumbuh  pada  kadar  gula  tinggi,  contoh beberapa jenis khamir, mampu tumbuh pada  larutan  gula  dengan  konsentrasi  lebih  dari  65 % wt/wt  (aw  =  0,94).
b. Mikroba  Halodurik, merupakan mikroba yang tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi (30%).
c. Mikroba  Halofil, merupakan mikroba yang dapat  tumbuh  pada  kadar  garam  yang  tinggi, contoh: bakteri yang  termasuk Archaebacterium,  misalnya Halobacterium.
4. Ion-ion dan Listrik
a. Kadar Ion Hidrogen (pH)
Mikroba umumnya menyukai pH netral  (pH 7), kecuali jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada media  dengan  pH  5  maka  pertumbuhan  didominasi  oleh  jamur,  tetapi  apabila  pH  media  8  maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
·         Mikroba Asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0 - 5,0
·         Mikroba Mesofil (neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat   hidup pada pH 5,5 - 8,0
·         Mikroba  Alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4 - 9,5
b. Buffer
Buffer merupakan campuran garam monobasik dan dibasik, contoh adalah buffer fosfat anorganik dapat mempertahankan pH  diatas  7,2. Cara  kerja  buffer  adalah  garam  dibasik  akan  mengabsorbsi  ion  H+ dan  garam monobasik akan bereaksi dengan ion OH-
c. Ion-ion lain
Logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, dan Pb pada kadar  rendah dapat bersifat meracuni (toksis) karena mempunyai daya oligodinamik, yaitu daya bunuh  logam berat pada kadar renda. Ion-ion  lain  seperti ion sulfat,  tartrat, klorida, nitrat, dan benzoat dapat mengurangi pertumbuhan  mikroba  tertentu dan sering  digunakan  dalam  pengawetan  makanan, senyawa  lain  misalnya asam benzoat, asam asetat, dan asam sorbat.
d. Listrik
Adanya aliran listrik berakibat terjadinya elektrolisis  pada medium pertumbuhan, menghasilkan  panas  yang dapat  mempengaruhi pertumbuhan mikroba, sel mikroba dalam suspensi akan mengalami elektroforesis, dan menyebabkan  terjadinya shock karena  tekanan hidrolik  listrik. Kematian mikroba akibat shock  terutama disebabkan oleh oksidasi. Adanya radikal ion dari ionisasi radiasi dan terbentuknya ion logam dari elektroda juga menyebabkan kematian mikroba.
e. Radiasi
Radiasi menyebabkan ionisasi molekul-molekul di dalam protoplasma dan merusak  mikroba  yang  tidak  mempunyai  pigmen  fotosintesis. Cahaya  mempunyai pengaruh  germisida. Sinar X (0,005-1,0 Ao), sinar ultra violet (4000-2950 Ao), dan  sinar  radiasi  lainnya dapat membunuh mikroba. Apabila  tingkat  iradiasi yang diterima  sel mikroba rendah, maka dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba.
f. Tegangan Muka
Tegangan muka mempengaruhi  cairan  sehingga  permukaan  cairan  tersebut menyerupai membran  yang  elastis. Perubahan  tegangan  muka  dinding  sel  akan mempengaruhi  pula  permukaan  protoplasma, akibatnya  mempengaruhi pertumbuhan dan morfologi  mikroba. Zat-zat  seperti  sabun,  deterjen,  dan  zat-zat pembasah  (surfaktan)  dapat  mengurangi  tegangan  muka cairan/larutan. Umumnya mikroba cocok pada tegangan muka yang relatif tinggi.
g. Tekanan Hidrostatik
Umumnya  tekanan  1 - 400  atm  tidak  mempengaruhi  atau  hanya  sedikit  mempengaruhi  metabolisme  dan pertumbuhan  mikroba, tekanan  hidrostatik  yang  lebih  tinggi  akan  menghambat  atau menghentikan  pertumbuhan, karena dapat menghambat  sintesis RNA, DNA, dan protein,  serta mengganggu  fungsi  transport membran  sel maupun mengurangi aktivitas  berbagai macam  enzim.
h. Getaran
Getaran mekanik dapat merusak dinding sel dan membran sel mikroba, dipakai  untuk memperoleh  ekstrak  sel  mikroba dengan  cara  menggerus  sel-sel  dengan  menggunakan  abrasif  atau  dengan  cara pembekuan  kemudian  dicairkan  berulang  kali atau dengan getaran  suara  100-10.000 kali/detik  juga  dapat digunakan untuk memecah sel mikroba.
B. Faktor Biotik
1. Interaksi dalam satu populasi mikroba
a. Interaksi positif, dapat meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan kepadatan populasi. Disebut juga kooperasi, contoh: pertumbuhan satu sel mikroba menjadi koloni.
b. Interaksi negatif, dapat menurunkan kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan populasi, misal: populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas. Disebut juga kompetisi, contoh: interkasi jamur Fusarium dan Verticillium menghasilkan asam lemak dan H2S yang bersifat meracun.
2. Interaksi antar populasi mikroba
Apabila dua populasi yang berbeda berasosiasi maka akan timbul berbagai macam reaksi. Interaksi tersebut menimbulkan pengaruh positif, negatif ataupun tidak ada pengaruh antar populasi mikroba yang satu dengan yang lainnya. Interaksi yang terjadi adalah netralisme, komensalisme, sinergisme, mutualisme (simbiosis), kompetisi, amensalisme (antagonisme), parasitisme, dan prdasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar