Hi ini blog saya dimana di daalamnya membahas Fisiologi Hewan dan Mikrobiologi. Semoga bermanfaat bagi semua!!!


Senin, 25 April 2011

PROPAGASI TANAMAN

1.      Generatif
·         Perbanyakan oleh biji
·         Tumbuh sengaja atau tumbuh dengan sendirinya dari hasil buangan
·         Kelebihannya bisa dimanfaatkan sebagai tanaman batang bawah,yang kuat
·         Kekurangannya, kita tidak mengetahui jenis tanaman dengan segala sifat sifat kelebihannya.
·         Sifatnya sering menyimpang dari induknya
2.      Vegetative
·         Perbanyakan dengan menggunakan bagian-bagian tanaman, seperti ;cabang,pucuk daun,umbi dan akar
·         Cara perbanyakan  : setek,cangkok,rundukan dan kultur jaringan.
3.      Setek
·         Suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti batang, daun dan tunas dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar.
·         Pembiakan stek ini pada umumnya dipergunakan untuk menanggulangi tanaman-tanaman yang tak mungkin diperbanyak dengan biji dan juga  untuk memudahkan serta mempercepat  perbanyakan tanaman.
Keuntungan :
·         Dapat menghasilkan tanaman yang sempurna dengan akar, daun dan batang dalam waktu relatif singkat, serta bersifat serupa dengan  induknya.
·         Merupakan cara yang sederhana, cepat dan tak memerlukan teknik-teknik tertentu.
·         Bagi pengebun buah-buahan dan tanaman hias, pembiakan dengan cara stek ini mempunyai arti sangat penting, karena dengan material yang sedikit dapat dihasilkan sejumlah besar bibit tanaman yang seragam dalam umur, tinggi, maupun sifatnya.
Klasifikasi Stek
Stek dapat dibedakan menurut bagian-bagian yang diambil untuk bahan stek, sebagai berikut :
a.       Stek Batang
·         Hardwood cutting : yang distek bagian kayu yang telah tua. contoh :  ros, bogenville
·         Semi Hardwood cutting : yang distek daun dan pucuk serta kayu yang sudah keras. contoh : Azalea, Nusaenda.
·         Softwood cutting umumnya dipakai untuk tanaman basah/herba/lunak tak berkayu, contoh  : soka, coleus, kaca piring, kembang sepatu.

b.      Stek Daun atau Tunas Daun
·         Daun dengan tangkai daun, contoh : Saintpaulia iondika (Begonia)
·         Tanpa tangkai daun, contoh : Begonia, berbagai tanaman sukulent
·         Pemutusan urat daun, contoh : Begonia
·         Pemotongan daun, contoh : Begonia, Sunsivierza, Gloxini
·         Tunas daun, contoh : Bryophyllium calycinum
·         Stek tunas/mata, contoh pada anggur
Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasilnya penyetekan:
  • Faktor tanaman
  • Faktor lingkungan
  • Faktor pelaksanaan

Ø  Faktor tanaman:
a.      Macam bahan stek
Bagian tanaman yang dapat dipergunakan untuk bahan stek beraneka   ragam, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam klasifikasi stek. Pada umumnya tanaman berkayu lunak (softwood) mudah berakar dalam waktu yang relatif singkat dengan keadaan sekeliling yang menguntungkan.
b.      Umur bahan stek
·         Stek dari tanaman yang berumur lebih muda akan lebih mudah berakar dibanding dengan tanaman yang lebih tua.
·         stek tanaman tersebut sangat muda dan lunak, maka proses transpirasi akan berlangsung dengan cepat, sehingga stek menjadi lemah dan akhirnya mati.
·         Jika stek diambil dari pohon yang terlalu tua akan diperlukan waktu yang lama untuk keluarnya akar, sebagai contoh pada tanaman apel, cemara dan juga tanaman herba, sangat sulit berakar bila stek diambil pada keadaan tua.
c.       Adanya tunas dan daun pada stek
·         Pembentukan akar tak akan terjadi bila seluruh tunas dihilangkan atau bila tunas-tunas tersebut seluruhnya dalam keadaan istirahat, sebab tunas berperan sebagai sumber auxin yang menstimulir pembentukan akar, terutama bila tunas mulai tumbuh.
·         Adanya daun pada stek berpengaruh baik terhadap pembentukan akar. Karbohidrat yang dihasilkan oleh daun sebagai hasil proses fotosintesis yang berhubungan juga dengan proses transpirasi, dapat menstimulir pula pembentukan akar stek.
·         Di samping karbohidrat, daun dapat pula menghasilkan auxin. Baik auxin yang dihasilkan oleh tunas maupun oleh daun akan bergerak ke bawah dan menumpuk di bagian dasar stek, yang selanjutnya menstimulir pembentukan akar.
·         Di samping karbohidrat, daun dapat pula menghasilkan auxin. Baik auxin yang dihasilkan oleh tunas maupun oleh daun akan bergerak ke bawah dan menumpuk di bagian dasar stek, yang selanjutnya menstimulir pembentukan akar.
·          Di samping daun berperan dalam pembentukan akar, juga dapat mengakibatkan kehilangan air yang banyak karena proses transpirasi, sehingga  stek akan layu dan kering sebelum membentuk akar, hal ini biasanya diatasi dengan pemotongan sebagian dari daun-daun tersebut.
d.      Kandungan bahan makanan stek
·         persediaan karbohidrat dan Nitrogen, sangat mempengaruhi perkembangan akar dan tunas
·         Nitrogen membantu perakaran, kecuali dalam kosentrasi tinggi N
·         Stek yang mengandung karbohidrat tinggi dan nitrogen yang cukup akan mempermudah terbentuknya akar dan tunas stek.
·         Di samping karbohidrat, daun dapat pula menghasilkan auxin. Baik auxin yang dihasilkan oleh tunas maupun oleh daun akan bergerak ke bawah dan menumpuk di bagian dasar stek, yang selanjutnya menstimulir pembentukan akar.
·          Di samping daun berperan dalam pembentukan akar, juga dapat mengakibatkan kehilangan air yang banyak karena proses transpirasi, sehingga  stek akan layu dan kering sebelum membentuk akar, hal ini biasanya diatasi dengan pemotongan sebagian dari daun-daun tersebut.
e.       Kandungan zat tumbuh
Kandungan zat tumbuh dari stek dapat ditingkatkan dengan proses etiolasi, yaitu menutup cabang dengan pembalut atau dengan tanah. Keadaan etiolasi ini menyebabkan hilangnya klorofil dan mengakibatkan berkumpulnya zat tumbuh pada suatu tempat
f.       Pembentukan kallus
·        Pembentukan akar biasanya didahului oleh pembentukan kallus,
·        Adanya kallus tak merupakan tanda-tanda stek dapat menghasilkan akar.
·        Pembentukan kallus berguna untuk menutup luka di permukaan stek dan dapat mencegah stek busuk.

Senin, 20 Desember 2010

Posting 3: Protozoa


Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata protos yang artinya pertama dan zoon yang artinya hewan bersel satu. Meskipun bersel satu protozoa adalah organisme yang lengkap, dalam arti dapat melakukan kegiatan hidup seperti organisme bersel banyak. Protozoa hidup bebas di laut, air tawar, tanah, bersimbiosis, atau hidup di dalam organisme lain. Protozoa bergantung pada nutrisi, suhu, dan pH. Beberapa protozoa bergantung kepada cahaya.
A. Struktur dan Fungsi Tubuh Protozoa
Protozoa bersel tunggal (uniseluler) dan mempunyai organ sel yang sederhana serta bernafas dengan seluruh permukaan tubuhnya. Hanya memiliki inti sel satu buah kecuali Paramaecium.  Berukuran 1 – 150 μm dengan bentuk yang tetap kecuali Amoeba. Alat pencernaan terdiri atas sitostoma atau mulut sel, vakuola makanan, dan sitopige atau anus sel (kecuali Amoeba tidak memiliki sitostoma maupun sitopige). Proses pencernaan intraseluler dalam vakuola makanan, aktivitas makan dilakukan dengan cara fagositosis (memakan partikel) dan pinositosis (meminum cairan atau nutrisi terlarut). Nutrisi diperoleh melauli cara hidup yang holozoik, saprofitik, saprozoik, holofitik atau autotrof, dan parasitik. Protozoa tidak memiliki susunan saraf ataupun indra, stigma merupakan bagian yang peka terhadap rangsangcahaya. Perkembangbiakan vegetatif dengan amitosis kecuali Paramaecium dengan konjugasi dan Sporozoa dengan metagenesis sedangkan perkembangbiakan generatif dengan membentuk mikrogamet dan makrogamet. Sel tubuh protozoa terdiri atas tiga bagian utama, yaitu membran plasma, sitoplasma, dan inti sel.
B. Klasifikasi Protozoa
a. Klasifikasi lama adalah berdasarkan alat gerak nya, yaitu hanya terbagi ke dalam empat kelas:
1.  Sarcodina (bergerak secara amoeboid: Entamoeba histolytica
2.  Mastigophora (ada flagela): Trypanosoma brucei var.gambiense, Trichomonas vaginalis
3.  Ciliata (ada cilia): Balantidium coli
4.  Sporozoa (tidak ada bentuk dewasanya): Plasmodium, Toxoplasma
b. Klasifikasi baru (sejak 1986) berdasarkan struktur sel di bawah elektron mikroskop:
1.      Phylum: Sarcomastigophora
Alat gerak berupa flagela, pseudopodia, atau keduanya
·      Sub-phylum Mastigophora (flagela ada pada tahap dewasa)
§  Kelas Phytomastigophorea: Flagelata yang mirip tanaman, mis. Euglena, Volvox
§  Kelas Zoomastigophorea: flagelata yang tidak memiliki kromoplast, misal: Trichomonas, Trypanosoma.
·         Sub-phylum Opalinata: parasit
·         Sub-phylum Sarcodina: pseudopodia
§  Kelas Rhizopoda: misal Amoeba, Entamoeba
§  Kelas Actinopoda: misal plankton
·         Sub-pyhlum Opalinata
·         Sub-pyhlum Sarcodina
2.      Phylum: Labyrinthomorpha
Kebanyakan hidup di laut dan parasit pada algae, contoh : Labyrinthula
3.      Phylum: Apicomplexa
Apical complex merupakan seperangkat organel yang terdapat pada daerah ujung sel. Pada tahap dewasa tidak ada flagela atau cilia, contoh : Plasmodium dan Toxoplasma.
4.      Phylum: Myxozoa
Spora multisel, bentuk kapsul dengan satu atau lebih polar, dan bersifat parasit pada ikan dan invertebrata, contoh: Ceratomyxa dan Myxidium.
5.      Phylum: Microspora
Parasit pada invertebrata dan vertebrata rendah, memiliki spora berdinding tebal yang mengandung suatu bahan infeksi atau sporoplasma yang berperan dalam proses invasi, contoh: Encephalitozoon cuniculi dan Enterocytozoon bieneusi.
6.      Phylum: Ascetospora
Parasit pada invertebrata dan sedikit vertebrata. Spora multisel, tanpa kapsul atau filamen. Seluruh spesiesnya bersifat parasit, contoh: Marteilia dan Haplosporidium.
7.      Phylum: Ciliophora
Memiliki cilia, Vakuola kontraktil, dan 2 jenis nukleus. Bersifat heterotrof, contoh: ParameciumI dan Balantidium yang merupakan  parasit yang biasa menginfeksi babi, tikus, monyet, anjing, dan juga manusia.
C. Parasit Helminths
Termasuk parasit Metazoa dan dapat menginfeksi manusia, terutama di daerah tropis. Terdiri dari dua Phyla, yaitu Platyhelminthes dan Nematoda. Pada umumnya parasit protozoa maupun helminths masuk menginfeksi hewan dan manusia melalui vektor. Umumnya vektor berupa serangga, seperti nyamuk, lalat, kutu, kumbang, ticks, dan moluska. Infeksi (transmisi)dapat terjadi dari hewan ke hewan atau dari hewan ke manusia.

Posting 3: Osmoregulasi


Osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut yang ada dalam tubuh hewan. Tubuh hewan sebagian besar terdiri atas air, yaitu sekitar 60%-95% dari berat tubuhnya yang tersebar di dalan cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Konsentrasi kedua cairan tersebut bisa berubah-rubah sehingga keseimbangan harus dipertahankan oleh hewan melalui mekanismeosmoregulasi. Fungsi proses osmoregulasi bagi hewan adalah untuk mencapai konsentrasi cairan tetap isotonis. Pada kondisi osmoregulasi, isotonis adalah tekanan osmotik dua macam cairan misalnya tekanan osmotik antara cairan tubuh dan air laut (lingkungan hidup hewan). Proses inti dari proses osmoregulasi adalah osmosis, dimana dalam keadaan normal osmosis mengakibatkan cairan encer mengalir ke arah cairan yang lebih pekat. Untuk mencegah cairan encer mengalir ke arah cairan yang lebih pekat maka cairan pekat harus diberi tekanan dengan besaran tertentu yang disebut sebagai tekanan osmotik larutan, yaitu besarnya tekanan yang diperlukan untuk mencegah aliran cairan encer ke bagian pekat.
A. Konsep Tonisitas Larutan
Tonisitas adalah tanggapan suatu sel apabila sel tersebut ditempatkan dalam larutan yang berbeda. Penentuan sifat suatu larutan ditentukan oleh tanggapan yang dihasilkan oleh sel, misalnya sel darah merah ditempatkan dalam aquades, air dari luar masuk ke dalam sel darah maka dikatakan aquades bersifat hipotonis; sel darah merah ditempatkan dalam larutan garam, sel darah segera kehilangan air (osmosis) sehingga mengkerut maka dikatakan larutan bersifat hipertonis; dan sel darah merah ditempatkan dalam larutan, sel darah tidak mengalami perubahan maka dikatakan larutan bersifat isotonis.
Alasan utama hewan harus melakukan osmoregulasi adalah karena perubahan keseimbangan jumlah air dan zat terlarut di dalam tubuh memungkinkan terjadinya perubahan arah aliran air/zat terlarut menuju ke arah yang tidak diharapkan. Kriteria Hewan dalam Osmoregulasi:
a. Hewan Osmoregulator, yaitu hewan yang mampu melakukan osmoregulasi dengan baik.
b. Hewan Osmokonformer, yaitu Hewan yang tidak mampu mempertahankan tekanan osmotik. Hewan osmokonformer harus beradaptasi agar tetap bisa hidup dengan syarat perubahan lingkungan tidak besar  dan dalam kisaran toleransi tetapi jika perubahan lingkungan terlalu besar maka untuk tetap hidup hewan osmokonformer harus bermigrasi karena jika tidak hewan tersebut akan mati.
Lingkungan dimana hewan hidup dapat mendukung dan dapat pula mengancam kehidupan hewan tersebut sehingga diperlukan mekanisme osmoregolasi. Mekanisme osmoregulasi setiap hewan berbeda-beda denga nvariasi yang sangat luas tergantung kemampuan dan jenis organ tubuh hewan serta  kondisi lingkunganhewan.
1. Osmoregulasi Invertebrata Laut
Hewan osmokonformer invertebrata laut memiliki konsentrasi osmotik cairan tubuh sama dengan air laut sehingga terjadi keseimbangan osmotik cairan tubuh hewan dengan lingkungannya tetapi tidak dalam kondisi keseimbangan ionik sehingga terjadi perbedaan komposisi ion yang menghasilkan gradien konsentrasi. Oleh karena itu hewan osmokonformer dapat memperoleh  masukan berbagai macam zat yang dibutuhkan dengan cara: ion masuk kedalam tubuh dan mengakibatkan cairan tubuh menjadi hiperosmotik, keadaan ini menyebabkan air dan zat-zat yang dibutuhkan tubuh yang terlarut di air laut masuk ke dalam tubuh. Konsentrasi osmotik berbagai ion dalam tubuh hewan tidak berbeda kecuali beberapa spesies hewan laut, misalnya ubur-ubur, mempertahankan konsentrasi ion tetap berbeda dalam rangka pengaturan fisiologis. Konsentrasi ion yang tidak diatur dengan cara khusus terjadi melalui permukaan tubuh, insang, makanan yang ditelan, dan dengan menghasilkan zat sisa (misalnya urin).
2. Osmoregulasi  Hewan Vertebrata Laut
Kelompok hewan ini dibagi menjadi dua, yaitu:
·         Kelompok Konformer Osmotik dan Ionik terdiri atas Siklostomata (hagfish) dan Vertebrata primitif osmoregulasinya sama seperti  invertebrata laut.
·         Kelompok Regulator Osmotik dan Ionik, memiliki ciri regulasi osmotik dan ionik tidak sama dan memperlihatkan tingkatan; serta konsentrasi osmotik plasma mendekati sepertiga konsentrasi osmotik air laut. Kelompok hewan ini disebut hewan Regulator Hipoosmotik.
Teleostei laut memiliki cairan tubuh yang hipoosmotik dan mengakibatkan kehilangan air sehingga diperlukan mekanisme adaptasi untuk menghindari kehilangan air dari tubuhnya. Mekanisme untuk menghindari kehilangan air tubuh dapat dilakukan dengan cara ikan banyak minum air laut yang mengandung garam, garam masuk ke dalam tubuh hewan kemudian gara dikeluarkan kembali dari tubuh melalui insang karena di insang terdapat sel khlorid yang berfungsi mengeluarkan NaCl dari plasma ke air laut secara aktif.
Berbeda halnya dengan Elasmobrankhii, hewan ini memiliki masalah pemasukan Na+ yang terlalu banyak ke dalam tubuh (melalui insang) dan perolehan air yang terlalu sedikit. Untuk mengatasi masalah tersebut Elasmobrankhii menggunakan kelenjar rektal untuk mengeluarkan kelebihan Na+ secara aktif dan menghasilkan sedikit urin (urin dimanfaatkan untuk mengeluarkan kelebihan NaCl).
Begitu pula yang terjadi pada mamalia laut, seperti lumba-lumba dan ikan paus. Mamalia laut memiliki masalah pemasukan garam yang terlalu banyak yang masuk bersama makanan. Hal ini dapat diatasi dengan organ ginjal yang sangat efisien yang dapat menghasilkan urin yang kepekatannya 3 – 4 kali dari cairan plasmanya.
3. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Air Tawar
Masalah yang dihadapi hewan air tawar kebalikan dari masalah yang dihadapi hewan laut, yaitu Tekanan Osmotik cairan tubuh hewan air tawar lebih tinggi dari lingkungannya (hiperosmotik/hipertonis) sehingga dapat memungkinkan pemasukan air yang berlebihan dan kehilangan garam. Masuknya air ke dalam tubuh mengakibatkan ion dari tubuh keluar. Hal ini harus dibatasi, oleh karena itulah hewan memiliki permukaan tubuh yang impermeabel terhadap air sehingga ion dapat dipertahankan di dalam tubuh. Akan tetapi pada kenyataannya air tetap masuk ke dalam tubuh melalui insang yang terbuka. Untuk itu antisipasi kekurangan ion dapat dilakukan dengan cara transpor aktif sehingga ion masuk ke dalam tubuh dalam bentuk garam sedangkan antisipasi kelebihan ion dapat dilakukan dengan cara difusi ion keluar tubuh dalam bentuk garam.
4. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Payau
Hewan akutik tidak selamanya menetap di habitat yang tetap (air laut atau air tawar)saat tertentu masuk ke daerah payau, misalnya salmon, lamprey, dan belut. Perpindahan antara air tawar dan air bergaram merupakan bagian dari siklus hidup yang normal sehingga hewn-hewan tersebut harus memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan kadar garam (kadar garam di daerah payau selalu berubah). Ketika laju hewan meningkat maka akan masuk ion terlarut dalam jumlah berlebih dan harus dikeluarkan melalui tubulus malpighi dan rektum atau papila anal yang berfungsi mengeluarkan kelebihan garam pada medium pekat dan mengambil ion secara aktif pada medium encer.
5. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Darat
Keuntungan bagi hewan yang hidup di lingkungan darat adalah mudah memperoleh oksigen sedangkan kerugiaanya adalah sulitnya menjaga keseimbangan air dan ion sehingga mudah terancam dehidrasi. Kehilangan air dari tubuh pada hewan darat dapat terjadi melaui penguapan, dimana penguapan tersebut dipengaruhi oleh kandungan uap air di atmosfer, tekanan barometrik, gerakan udara, luas permukaan penguapan, dan suhu. Vertebrata yang berhasil berkembang di lingkungan darat memperoleh air dari air minum dan makanan. Untuk menghemat air vertebrata melakukan berbagai cara yang cukup bervariasi, misalnya memiliki kulit yang kering dan bersisik, menghasilkan feses kering, menghasilkan asam urat, dan mereabsorbsi urin encer yang di kandung kemih. Pengaturan keseimbangan air berkaitan erat dengan proses mempertahankan suhu tubuh. Pada hewan mamalia perolehan air berasal dari minuman, makanan, dan air metabolik serta dari lingkungan yang berupa uap air sedangkan kehilangan air dapat terjadi melalui keringat.